REPUBLIKA.CO.ID, Sedikit sekali orang yang dengan mudah melepaskan diri dari bercanda. Akan tetapi bercandanya orang yang berakhlak tidak akan keluar dari dua tujuan, yaitu;
1. Mempererat persahabatan dan menjalin keakraban dalam pergaulan. Oleh karena itu, maka dia akan melakukannya dengan perkataan dan tindakan yang baik.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Said bin Al kepada putranya, “Bersikap wajarlah kamu di dalam bercanda, karena berlebihan dalam bercanda itu dapat menghilangkan kewibawaan, dan membawamu kepada kebodohan. Sedangkan menghilangkan bercanda sama sekali akan menjauhkan kamu dari persahabatan dan menimbulkan kekakuan dalam pergaulan.
2. Menghilangkan kejenuhan dan kebingungan. Sudah semestinya bagi orang mengidap penyakit TBC untuk membuang ludahnya. Abi Al Fath pernah menjelaskan dalam syairnya, “Usirlah rutinitasmu yang melelahkan dengan istirahat yang cukup. Hiburlah dan obatilah dengan suatu gurauan. Tetapi jika kamu melakukannya, maka hendaknya kamu melakukannya secara wajar, seperti makanan yang diberi garam.”
Perlu diketahui bahwa Nabi SAW ketika bercanda, maka candaan yang dilontarkannya itu tidak keluar dari batasan tersebut di atas. Telah diriwayatkan dari Nabi SAW, seraya beliau bersabda, “Sesungguhnya aku suka bercanda, dan aku tidak mengatakannya kecuali suatu kebenaran.”
Di antara candaan Nabi SAW sebagai yang diriwayatkan bahwa seorang nenek dan kalangan Anshar datang kepadanya, seraya dia berkata, “Wahai Rasulullah, mohonkanlah ampunan bagiku. Kemudian beliau menjawab, “Apakah anda tidak tahu bahwa nenek-nenek itu tidak akan masuk surga?” Lalu nenek tersebut menjerit, dan Rasulullah SAW tersenyum, seraya beliau bersabda, “Apakah anda telah membaca firman Allah SWT “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al Waqi’ah: 35-37).
Dalam kesempatan lain datang kepada beliau seorang nenek yang lainnya untuk mengadukan sesuatu yang ada kaitannya dengan suaminya. Kemudian beliau bertanya kepadanya, “Siapa suamimu itu? dia menjawab, “Si fulan (si anu), lalu beliau bersabda kepadanya “Orang yang ada wama putihnya di matanya”, dan dia menjawab, “Tidak ada.”
Sumber: Republika Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar