Pernah membayangkan apa yang terjadi bila kita tidak mengubah sikap kita dalam mengelola lingkungan? Atau pernah juga membayangkan apa yang terjadi bila air dan tumbuhan di masa depan menjadi barang yang sangat langka? Mungkin film pendek asal Kenya berjudul Pumzi ini memiliki jawabannya.
Adegan-adegan dalam film ini berjalan lambat. Adapula adegan yang membuat kita miris yaitu saat Asha mempurifikasikan air kencing dan keringatnya untuk dijadikan air minum. Penulis mungkin hampir muntah melihat adegan tersebut sekaligus sadar bahwa kita, mulai dari sekarang, harus benar-benar mengubah sikap kita dalam mengelola lingkungan. Kata "pumzi" sendiri dalam bahasa Swahili berarti nafas.
Dibawah ini film full-nya :)
Pumzi dibuat pada tahun 2009. Di tahun ini, Benua Afrika membuat 3 film sains-fiksi pertama mereka mulai dari District 9 (Afrika Selatan), Pumzi (Kenya), dan Kajola (Nigeria).
Untuk District 9, pasti sudah banyak yang tahu tapi sedikit yang mengetahui Kajola. Bahkan di IMDb pun tidak ada data mengenai film ini. Berbeda dengan Pumzi dan District 9 yang keduanya masih ada kerjasama dengan luar negeri, Kajola hampir 100% buatan Nigeria dan dianggap lebih dibanggakan oleh Nigeria walau hasilnya berupa Visual Effect dan CGI yang masih kalah dengan buatan Hollywood walau sudah lumayan bagus untuk ukuran negara berkembang seperti Nigeria. Film ini disutradarai oleh Niyi Akinmolayan dan kata "kajola" dalam bahasa Yoruba berart persemakmuran.
Kajola menceritakan tentang keadaan Nigeria yang pada tahun 2059 menjadi negara totaliter. Terjadi perang saudara kedua yang menyebabkan beberapa wilayah hancur dan orang-orang besar menuju Lagos dan mengubahnya menjadi kota ultra-modern. Kemudian, terjadi ketegangan antara pemberontak Allen yang berhasil mempelajari CODEC Kajola denga kepala polisi Yetunde.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar