Senin, 11 Februari 2013

All About Mentoring

Mentoring adalah satu wasilah untuk saling mengingatkan dan men-charge ruhiyah yang kering. Mentoring adalah tempat memberi ilmu dan perbersihan hati/jiwa, serta tempat saling memahami kelebihan/kekurangan antara pementor ama anggotanya.

Kenapa mentoring jadi "wajib" buat anak Rohis?


Sebagai seorang aktivis Rohis, kita berkewajiban untuk menyampaikan Islam kepada teman2 kita, untuk lingkup kita, di sekolah. Akan tetapi, bagaimana kita bisa menyampaikan kepada teman-teman kita kalau kita sendiri nggak tahu ajaran Islam itu sendiri?

Maka dari itu, diadakanlah kajian. Ada kajian An-Nisa' tiap Jum'at, dan kajian ikhwan (nggak tahu dijalanin apa enggak). Tapi, kalau hanya satu hari yang buat kajian, apa jadinya buat anak yang nggak bisa dateng di hari Jum'at? Karena mereka ada les, misalnya? Apa mereka nggak berhak dapat ilmu?

Karena itu, diadakanlah mentoring, yang harinya disesuaikan dengan aktivitas anggotanya sendiri, sehingga semua juga mendapatkan ilmu untuk disampaikan kepada teman2 di sekolah. Berdakwah adalah sebuah KEWAJIBAN buat setiap muslim, tapi bisakah kita berdakwah bila tak tahu apa yang akan disampaikan?

Bahkan pada masanya, Rasulullah SAW pun membina para shahabatnya dengan mentoring. Emang sih, namanya bukan mentoring seperti sekarang ini. Waktu itu namanya halaqah (lingkaran, krn duduknya melingkar), atau kadang juga disebut liqo' (pertemuan, untuk menimba ilmu). Para shahabat rutin mengadakan forum halaqah, yang dimentori langsung oleh Rasulullah SAW sendiri.
***

Manfaat mentoring:
1. Menambah dan meningkatkan ilmu agama kita
2. Membuat ROHIS (ROHani ISlam) nggak sekadar nama, tapi benar2 meresap dalam diri kita
3. Kontrol terhadap diri kita, bila mulai melenceng, ada yang ngingetin secara rutin (baca artinya surat Al 'Ashr yang udah kalian hafal sejak kecil).
***

Apa bedanya mentoring dengan pengajian yang lebih besar (seperti KULAHAP, majelis ta'lim, dll)?

1. Pengajian semacam itu tak ada yang memungkiri bahwa isinya baik, hanya saja memiliki rentang waktu yang lama antara pengajian yang satu dengan berikutnya. Misalnya sebulan sekali, atau dua minggu sekali. Jeda waktu yang terlalu lama bisa bikin kita nge-drop, layaknya HP yang kelamaan gak di-charge.

Sedangkan mentoring, jeda waktu antara mentoring sekarang dengan berikutnya hanya seminggu, dan menurut penelitian itu adalah waktu paling tepat untuk mengasah ruhiyah kita. Lebih dari sekali seminggu akan menyebabkan kebosanan (ya, nggak?)

2. Pengajian besar pun juga banyak yang rutin tiap minggu (kayak di Istiqomah, misalnya) yang dihadiri oleh banyak orang. Di antara orang banyak itu, bisa nggak kita menjamin kita nggak rame sendiri, nggak mainan HP sendiri? Terbukti dengan sangat telak kalo kita ngadain kajian (KULAHAP, Nuzulul Qur'an, pesantren kilat). Berapa anak yang mendengarkan pembicara dan dapat menangkap isinya? Yang nggak sibuk sendiri pun terganggu dengan kondisi sekitarnya yang ramenya kayak pasar. Belum kalo sound-nya ngadat, nggak jelas.

Bandingkan dengan kondisi mentoring yang pesertanya maksimal sekitar 12 orang. Dengan posisi melingkar (sehingga semua bisa saling melihat), mentor dengan mudah bisa menegur kalo ada yang mainan HP, or malah ngajak bicara teman selama materi. Lingkaran itu pun nggak mengambil banyak tempat, sehingga suara pementor bisa didengarkan dengan jelas.

3. Dalam pengajian akbar pun waktu sangat singkat dengan peserta yang banyak, sehingga untuk bertanya banyak yang malu2. Kalau ada yang berani, biasanya hanya dibatasi beberapa penanya. Tapi dalam mentoring, sekelilingnya adalah teman2 sendiri yang udah akrab bgt sama kita, jadi kalo mau nanya kayak ngobrol biasa, nggak malu or malu2in, dan kalo semua sepakat, ampe berjam-jam bakal diladeni ama pementor. Suasananya kayak diskusi, ngobrol ringan tapi tetap berbobot.

4. Perbedaan lain, kalo di pengajian besar, pemateri udah "cuek" ama urusan ruhiyah pesertanya. Tugasnya cuma ngomong di depan, trus peserta dilepas, mau masuk telinga kanan keluar telinga kiri pun nggak ngurusi. Tapi pementor nggak hanya sebagai pemateri, beliau adalah pengontrol kita, apakah kita sudah melaksanakan materi yang diajarkan. Seandainya kita menemui kesulitan mengamalkan sesuatu, pementor akan mengajari kita agar semua itu terasa mudah, dengan detail, tiap hari kalau perlu.

Meski demikian, satu hal yang perlu diingat. Bukan berarti dengan tulisan ini aku melarang kalian ikut kajian selain mentoring. Kalian boleh banget, bahkan diwajibkan, menimba ilmu di mana saja. Alangkah baiknya jika selain mentoring, kalian ikut pengajian besar, karena di situ merupakan pusat ilmu.

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar