Rabu, 04 Maret 2015

Yang Muda Yang Berkompasiana


Eits… Ini bukan judul sinetron di salah satu stasiun televisi swasta yang cukup terkenal di Indonesia, Yang Muda Yang… Terusin sendiri hehe… (wuu… bilang aja nggak hafal judulnya). Dari jargon yang cukup terkenal di dunia kepemudaan Indonesia “yang muda yang berkarya”, sedikit saya ubah jadi “yang muda yang ber-Kompasiana”. Berawal mula dari ramainya postingan di Kompasiana yang bukan diketik bukan oleh para penulis senior melainkan oleh para penulis amatir yang mungkin masih setingkat pelajar sekolah menengah atas atau bahkan pertama dan ada juga dari kalangan mahasiswa. Jangan tanya kualitas tulisannya, walaupun junior tapi nggak kalah hebatnya lho sama yang udah senior kayak bang Yusran Darmawan ataupun dosen mata kuliah jurnalistik saya, pak Alip Kunandar.


Berawal mula dari tanggal 2 September tahun 2014 dimana hari itu merupakan pertemuan pertama mata kuliah jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta (bleh bleh bleh… lengkap banget, bang). Pak Alip Kunandar selaku dosen pengampu memperkenalkan situs Kompasiana kepada kami, para mahasiswa baru. Sebenarnya, ini mungkin bukan kali pertama kami melihat situs menarik ini. Karena saya sendiri, atau mungkin teman-teman yang lain, pernah membaca postingan-postingan di Kompasiana sejak duduk di bangku sekolah menengah. Mulai dari tulisan sang maestro bang Yusran Darmawan ataupun yang kontroversial seperti Jilbab Hitam yang sempat membuat geger dunia jurnalistik Indonesia sekitar pertengahan 2013.
 
Pada pertemuan pertama tersebut, pak Alip menjelaskan kepada kami banyak hal mengenai situs ini. Mulai dari cara mem-publish ataupun tingkatan-tingkatan postingan dalam situs ini. Beliau juga memberitahu kami bahwa ini bagian dari tugas penambah nilai kami selama kuliah. Pemberian nilai bisa ditentukan melalui tingkatan postingan dengan syarat 500 kata dan di-tag “jurnalistik14uinjogja”.

Pak Alip juga kemudian memperlihatkan kepada kami nilai-nilai mahasiswa senior mulai dari yang banyak meraih nilai karena sudah banyak tulisannya yang meraih headline ataupun yang nilainya jelek karena sudah males-malesan nulis, trending article pun nggak masuk. Ada juga yang nggak pernah masuk headline tapi nilainya banyak karena rajin nulis. Saya sendiri pun nggak tahu apakah saya jadi termasuk mahasiswa yang rajin nulis ataupun males-malesan nantinya.

Berbekal pengalaman saya menulis di blog dengan alamat birunyasamudra.blogspot.com (silahkan dikunjungi tapi sekarang sepi tulisan baru hehe), saya mulai meregistrasi akun baru Kompasian. Perlu diketahui, bahwa saya sebelumnya pernah mendaftar akun tapi nggak pernah saya buka lagi karena lupa password-nya (heuuhh… -___-). Tapi karena ilham (bukan Ilham temen saya yang dari Cirebon) untuk menulis belum nongol-nongol juga, yaudah… saya cuma bisa sebatas melengkapi data diri yang ada, menambah pak Alip sebagai teman saya (termasuk syarat untuk masuknya nilai), ataupun membaca-baca tulisan para kompasianer lainnya.

Alhamdulillah… akhirnya Ilham datang juga sambil membawa gorengan dan cemilan kesukaan saya (hehh… salah alamat tulisannya). Inspirasi akhirnya datang juga setelah keesokan harinya, tanggal 3 September 2014, saya mengikuti User Education, yaitu semacam pengenalan perpustakaan kampus UIN Sunan Kalijaga bagi mahasiswa baru (bisa dibaca di tulisan saya yang berjudul “Mengintip Canggihnya Perpustakaan Kampus UIN Sukijo”). Saya akhirnya memutuskan untuk menulis postingan pertama tentang salah satu fasilitas penting bagi mahasiswa ini.

Yup, ternyata ada nilai lebih dan kesenangan tersendiri ketika menulis di Kompasiana bukan hanya sekedar agar dapat nilai dari pak dosen. Saya mengintip (ihh… nakal wkwk) tulisan teman-teman sekelas saya di Kompasiana. Tulisan mereka pun beragam temanya mulai dari yang sekedar menulis tips, menulis opini tentang fenomena-fenomena sosial di Yogyakarta maupun di Indonesia, ada yang bahkan menyindir teman sekelasnya sendiri, pertandingan sepakbola, atau bahkan yang tulisannya bersifat religius.

Tulisan mereka bagi saya mungkin belum bisa dijadikan bandingan bagi para headline legend di Kompasiana. Namun saya berharap kedepannya merekalah yang nanti akan menjadi penerus para legend. Adanya para penulis junior benar-benar memberikan warna baru tersendiri dunia tulis-menulis (atau ketik-mengetik). Bahkan salah seorang teman sekelas saya sudah ada dua tulisannya yang masuk headline.

Selagi masih muda, otak masih segar, jiwa masih sehat, inspirasi untuk menulis sangat mudah didapat. Dimulai dari pengalaman yang mungkin orang lain juga pasti pernah mengalaminya seperti menyantap somad (soto Madura) di siang hari, nyasar saat pertama kali naik TransJogja, ataupun yang ditanyain sama bule Prancis di emperan Malioboro tapi nggak ngerti dia ngomong apa. Inspirasi sangat mudah didapatkan jadi jangan sia-siakan kesempatan.

Saya sendiri berharap semoga saya dan teman-teman satu jurusan saya mempublish artikel di Kompasiana bukan hanya sekedar agar dapat nilai tapi juga untuk memberikan sumbangsih pengalaman, opini, dan pengetahuan. Jadi jangan segan-segan berbagi tulisan selagi inspirasi masih meluap-luap. Tapi ingat, jangan buat tulisan yang menyulut cyber conflict karena dunia tulis-menulis di Indonesia seharusnya etis dan cinta damai.

Semangat Kompasianer Muda…!!!

 Sumber: Tulisan sendiri di akun Kompasiana





Tidak ada komentar:

Posting Komentar